Meneladani Kedermawanan Imam Asy-Syafi’i
Imam asy-Syafi’i rahimahullah memiliki nama lengkap Muhammad bin Idris asy-Syafi’i al-Muththalibi (meninggal tahun 204 Hijriah). Beliau adalah pribadi salaf yang alim, adib (beradab), zahid (zuhud), seorang muhaddits, faqih, dan ‘abid (ahli ibadah). Zuhud dan kedermawanan beliau sangatlah terkenal. Muridnya, Rabi’ bercerita bahwa suatu hari Imam asy-Syafi’i lewat, tiba-tiba cambuk beliau terjatuh, lalu ghulam (seoranng bocah) yang melompat mengambilnya, lalu mengusapnya dengan lengan bajunya, kemudian menyerahkannya kepada Imam asy-Syafi’i, maka Imam asy-Syafi’i memberinya upah 7 dinar dan keping uang emas, bisa senilai 28 gram). (Siyar A’lam an-Nubala’, adz-Dzahabi, 10/37)
Peristiwa lain, Imam Rabi’ menceritakan pengalamannya sendiri dengan mengatakan: “Saya menikah, lalu Imam asy-Syafi’i bertanya kepadaku: “Istrimu, kamu beri mahar berapa?” Maka saya jawab: “Saya beri mahar 30 dinar, tetapi saya cicil 6 dinar dulu,” maka beliau langsung memberiku 24 dinar untuk menggenapinya.”” (ibid)
Subhanallah! 24 dinar setara dengan 96 gram emas. Seperti itulah kedermawanan dan ringannya tangan Imam asy-Syafi’i dalam menolong orang lain, padahal beliau bukan orang yang kaya raya.
Cerita lain di Mesir, Muhammad bin ‘Abdul Hakam berkata:
كَانَ الشَّفِعِيُّ أَسْخَى النَّاسِ بِمَا يَجِدُ وَكَانَ يَمُرُّ بِنَا فَإِنْ وَجَدَنِيْ , وَ أَلَّا قَالَ : قُوْلُوْا إِلَى مُحَمَّدٍ إِذْ جَاءَ : يَأْتِيْ الْمَنْزِلَ فَإِنِّيْ لَا أَتَغَدَّى حَتَّى يَجِيْءَ
“Imam asy-Syafi’i adalah manusia yang paling dermawan dengan apa yang dia punya. Beliau selalu melewati tempat saya jika ketemu saya. Jika tidak, maka beliau berpesan: “Katakan kepada Muhammad, kalau dia datang agar pergi ke rumah karena saya tidak akan makan siang hingga dia datang!”” (Ibid)
Inilah imam besar asy-Syafi’i, imam yang majelisnya dihadiri 300 ulama bersurban (mu’ammam), pelopor ilmu hadits, ilmu ushul fiqh, dan ilmu mukhtalaf al-hadits.
Beliau dermawan karena kuatnya imannya tentang akhirat (surga dan neraka) dan sangat kuat imannya bahwa dunia adalah tempat beramal dan harta yang ada tidak berguna di akhirat jika tidak diamalkan fi sabilillah.
Mari kita simak untaian ungkapan keimanan dan prinsip Imam asy-Syafi’i terkait harta:
“Wahai orang yang merasakan dunia, aku juga sudah mencicipinya
Telah dikirim kepadaku lezatnya dan azabnya
Maka aku tidak mendapatkan selain tipuan dan kebatilan
Sebagaimana fatamorgana yang tampak di atas padang pasir dari kejauhan
Ternyata, ia tidak lain hanyalah bangkai yang terurai
Dikerumuni anjing-anjing, yang nafsunya hanya mencabiknya
Maka beruntunglah bagi jiwa yang mencintai ruang dalam rumahnya
Tertutup rapat pintu-pintunya dan terjulur kain hijabnya
Jika engkau tidak dermawan
Sementara perkara-perkara terus diberlakukan terhadapmu
Sungguh tangan-tanganmu mampu untuk memberi dan tidak memberi
Lalu apa yang diharapkan darimu jika engkau telah dilucuti
Dan digigit oleh dunia dengan taring-taringnya sejadi-jadinya?
Dan hari-hari meminta kembali apa yang telah diberikannya kepadamu
Dan biasanya, hari-hari itu meminta kembali piutangnya.”
“Saya lihat qana’ah (menerima pemberian Allah) itu adalah kekayaan
Maka saya bergelayutan pada ekor-ekornya
Maka orang ini tidak melihat aku ada di depan pintunya
Dan yang itu tidak melihatku larut padanya
Maka aku menjadi kaya tanpa dirham
Aku berjalan melewati orang-orang bak seorang raja.”
“Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang cerdik, pandai
Mereka meninggalkan harta dunia dan mengkhawatirkan fitnah
Mereka merenungkannya, dan setelah mengetahui
bahwa dia bukanlah tempat tinggal bagi yang hidup
Maka mereka menjadikannya sebagai lautan yang berombak, dan menjadikannya amal-amal yang shalih sebagai bahteranya.”
Seperti itulah prinsip dan pandangan Imam asy-Syafi’i terhadap harta dan dunia. Semoga Allah ‘Azza wa Jalla merahmati Imam asy-Syafi’i dan menjadikan kita sebagai para pengikutnya dalam kebaikan ini. Aamiin.
Ditulis ulang dari artikel ‘Cerminan Salaf’ Majalah al-Umm edisi 02/Th.11 halaman 8-10 oleh Agus H. Bashori, Lc., M. Ag. dengan sedikit perubahan.
Belum ada Komentar untuk "Meneladani Kedermawanan Imam Asy-Syafi’i"
Posting Komentar